Mengenang Irianto Suwondo
PADA tahun 80-an abad XX seorang remaja menjumpai saya di kota Semarang untuk meminta saran
tentang instrumen musik apa yang sebaiknya dia pelajari di sekolah tinggi seni musik di Yogyakarta.
Karena bagi saya alat musik yang menentukan mutu sebuah orkestra adalah French Horn (di Indonesia lazim disebut Horn)
maka saya menganjurkan anak muda itu untuk mempelajari alat musik Horn.
Kemudian masa berlalu tanpa saya mengetahui kabar berita anak muda bernama Irianto Suwondo itu.
Sampai pada suatu hari di abad XXI saya membutuhkan orkes simfoni untuk mengiringi para pianis binaan saya mempergelar konserto piano.
Maka datanglah Irianto Suwondo kembali menemui saya. Ternyata dia telah usai menuntut ilmu meniup Horn di akademi musik Yogyakarta
dan ternyata telah menjadi pemusik professional yang telah tampil bukan saja di Indonesia namun juga mancanegara.
Kemudian Mas Irianto intensif membantu saya menghimpun para pemusik orkestra yang kemudian disebut sebagai Orkes Simfoni Indonesia Pusaka.
Saya sangat kagum dan bangga atas kemampuan Mas Irianto meniup alat musik horn yang menurut saya
tidak kalah ketimbang para hornis orkes simfoni mana pun di planet bumi. Termasuk Berlin dan New York.
Saya takjub atas kemampuan Mas Irianto menghimpun para musisi untuk membentuk orkestra.
Dengan kemampuan musikalisnya, Mas Irianto membina para pemusik Tanjidor sebagai warisan kebudayaan Betawi.
Dari mas Irianto, saya memperoleh pemantapan kesadaran bahwa pada hakikatnya orkestra tidak butuh dirigen seperti halnya I Musici Di Roma.
Orkestra yang dibentuk oleh Mas Irianto kemudian mengiringi (tanpa dirigen) pergelaran pianis muda legendaris kebanggaan Indonesia
Michael Anthony mempergelar Piano Konserto “Coronation” mahakarya Wolfgang Amadeus Mozart pada 27 Januari 2019
di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki. Kemudian pada 2020 Mas Irianto kembali berjaya menunaikan mission impossible
dari saya menjadi mission possible yaitu menggarap rekaman virtual Michael Anthony
mempergelar Konserto Piano Peter Illich Tchaikowski diiiringi Orkes Simfoni Indonesia Pusaka yang merupakan rekor dunia
sebab baru pertama kali di dunia dilakukan secara virtual demi tidak melanggar protokol kesehatan
khususnya dalam hal kerumunan para pemusik akibat angkara murka pagebluk Corona.
Menurut rencana rekaman virtual Michael Anthony mempergelar Konserto Piano Tchaikowski diriingi secara virtual
oleh Orkes Simfoni Indonesia Pusaka yang digarap dengan susah-payah menempuh kemelut deru campur debu berpercik keringat,
air mata dan darah oleh Irianto Suwondo akan ditayang-perdana-duniakan pada 23 Maret 2021. Namun mujur tak bisa diraih,
malang tidak bisa ditolak, Irianto Suwondo tidak bisa ikut menyaksikan tayangan-perdana mahakarya rekor-dunianya
karena telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa untuk meninggalkan dunia fana pada pagi hari 20 Maret 2021.
Maka dengan penuh rasa dukacita, saya bersujud demi memanjatkan doa permohonan kepada Yang Maha Kasih
untuk berkenan menerima arwah Mas Irianto Suwondo di sisi Beliau di Alam Baka. Amin.